Sample Text

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts

Selasa, 13 Oktober 2015

Nilai-Nilai Kehidupan



Manusia tidak dapat hidup sendiri karena itu memahami nilai-nilai kelompok, masyarakat, negara dan pribadi sendiri sangatlah penting. Nilai-nilai atau peraturan dalam kelompok/masyarakat berlaku dan disepakati bersama sejak manusia hidup, sehingga kita sering mendengar kata “Baik – Tidak baik”, Boleh – Tidak boleh”, Sopan – Tidak sopan”, “Penting – Tidak penting”, “ Tahu aturan – Tidak tahu aturan” dan lain-lainnya.
Jadi, pengertian nilai kehidupan adalah nilai-nilai yang sangat mempengaruhi tindakan seseorang.

Contoh-contoh nilai kehidupan yang ada di masyarakat adalah :
1.     Nilai kekuasaan, seperti persepsi (pandangan) atas keinginan untuk menundukkan atau mempengaruhi orang lain.
2.    Nilai Cinta atau kasih sayang, seperti ikatan batin, saling menghargai, saling setia, saling menghormati, saling tolong, memikirkan kepentingan dan kebaikan orang lain.
3.    Nilai keindahan, seperti kemampuan untuk menghargai dan menikmati hal-hal yang indah, serasi dan bagus.
4.    Nilai keadaan fisik, seperti persepsi atas keadaan tubuh yang dianggap ideal atau serasi.
5.    Nilai kesehatan, seperti keinginan memiliki keadaan tubuh yang jauh dari sakit.
6.    Nilai keterampilan, seperti keinginan memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai hal denan cepat.
7.    Nilai rasa sejahtera dan aman, seperti memiliki keinginan untuk bebas dari tekanan, kecemasan dan konflik-konflik batin.
8.    Nilai pengetahuan, seperti tuntutan diri atas informasi, hal-hal yang dapat memuaskan rasa ingin tahu atau kemampuan memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu yang diinginkan.
9.    Nilai moral, seperti keinginan memiliki pemikiran, keyakinan dan tindakan yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
10.  Nilai keagamaan/kepercayaan
11.   Nilai keadilan, seperti keinginan memiliki sikap adil, tidak memihak atau membeda-bedakan manusia serta mampu memperlakukan orang lain secara adil.
12.  Nilai altruisme, yaitu memiliki kemauan dan kemampuan untuk memperhatikan kebutuhan, kepentingan dan kebahagiaan orang lain.
13.  Nilai pengakuan/penghargaan, seperti keinginan mengakui bahwa dirinya adalah penting dan layak dihargai oleh orang lain.
14.  Nilai kesenangan, seperti keinginan merasakan kegembiraan.
15.  Nilai kebijaksanaan, seperti memiliki kemauan dan pengetahuan dalam mengambil keputusan yang tepat.
16.  Nilai kejujuran, seperti memiliki keluhuran hati, ketulusan hati, kesungguhan hati dan keterusterangan.
17.  Nilai prestasi, seperti penghargaan atas hasil yang baik dari usaha yang keras.
18.  Nilai kemandirian, seperti kemampuan untuk berdiri sendiri dan tidak dikuasai oleh orang lain.
19.  Nilai kekayaan, seperti keinginan memiliki harta atau uang banyak.
20. Nialai kesetiaan, seperti keinginan memiliki keteguhan hati dalam persahabatan.
21.  Nilai tanggung jawab.
22.  Nilai kedewasaan
23.  Nilai kedisiplinan.
24.  Nilai kerendahan hati.
25.  Nilai keberanian.
26.  Nilai toleransi.
27.  Nilai kebhinekaan.
28.  Nilai cinta tanah air dan bangsa.
29.  Nilai keteladanan.
30. Nilai kedermawanan.
 
 
 
Pembahasan Enam Sistem Nilai Kehidupan dalam Perspektif Islam 1.      Nilai Teologis
Nilai Teologis mempunyai arti Nilai Ketuhanan. Dalam Islam Ketuhanan adalah Allah SWT. yang terangkum di dalam Agama Islam. Dalam  Islam terdapat tiga bagian , yaitu iman-islam-ihsan.
Iman berarti :
  1. Percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah,  berikut sifat-sifat
  2. Percaya pada Malaikat
  3. Percaya pada Kitab-Nya
  4. Percaya pada  nabi dan Rosul
  5. percaya akan adanya hari akhir
  6. Percaya pada Kadar-Nya  baik atau buruknya
2.      Nilai Logik
Nilai Logik berkaitan dengan berpikir, memahami, dan mengingat adalah  pekerjaannya. Pikiran, pemahaman, pengertian, peringatan (ingat)  adalah buahnya. Nilai ini menjadi dasar untuk berbuat, bertindak. 
      Nilai logik serta akal sebagai alat untuk berfikir ternyata berguna untuk memisahkan hak dan yang bathil bahkan akan memantapkan keimanan seseorang.
 Dalam ajaran islam akal memiliki kedudukan yang tinggi dan sering dimanfaatkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan perkembangan ajaran-ajaran islam. Sebab kita meyakini juga bahwa hampir semua kaum muslimin berupaya dan berusaha mengambil manfaat akal dalam pengajaran agama dan penjelasan keyakinan agama secara argumentatif.
3.      Nilai Fisik/Fisiologi
Nilai fisilologi berarti fisik maksudnya memaksimalkan fungsi fisik dalam menjalani kehidupan ini. Dalam fisik kita sebagai ciptaan Allah disadari atau tidak sangat berguna, namun ternyata kita telah lupa akan fungsinya akibatnya kita tertinggal jauh oleh orang di luar Islam terutama dalam sains dan teknologi, kita hanya bisa mengekor kepada dunia barat. 

4.      Nilai Etik
Nilai etik mempunyai arti hormat, dapat dipercaya, adil semua berkaitan dengan ahlak kita, nilai etik pada saat ini banyak tidak digunakan baik oleh orang yang bodoh ataupun orang yang katanya berpendidikan.
Semakin majunya ilmu pengetahuan apabila tidak dibarengi dengan nilai etik menjadi musuh manusia banyak korban dari ilmu pengetahuan seperti adanya peperangan, pengembangan ilmu yang tidak memperhatikan lingkungan.
5.      Nilai Estetika
Nilai estetika meliputi keserasian, menarik, manis, keindahan, cinta kasih. Allah menciptakan Alam bukan hanya bermanfaat tetapi ada keserasian serta keindahan, keteraturan. Dalam menjalani hidup kita jangan terlepas dari nilai estetika karena keserasian kita dengan orang lain dan alam sekitar sangat mendukung kita dalam kehidupan seperti kasih sayang di antara kita, keharmonisan. Kasih sayang serta keindahan adalah fitrah manusia yang diberikan oleh Allah.

6.      Nilai Teleologi Nilai teleologi berkaitan dengan manfaat, efektif, efesien  produktif dan akuntabel dalam setiap sisi kehidupan. Islam sangat memperhatikan maslahat dan manfaat dalam syariatnya untuk kepentingan manusia dengan lingkungannya. 


Puncak Kejayaan Kesultanan Banten



Puncak Kejayaan Kesultanan Banten


Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di propinsi Banten. Wilayah kekuasaan Banten meliputi bagian barat Pulau Jawa, seluruh wilayah Lampung, dan sebagian wilayah selatan Jawa Barat. Situs peninggalan Kerajaan Banten tersebar di beberapa kota seperti Tangerang, Serang, Cilegon, dan Pandeglang. Pada mulanya, wilayah Kesultanan Banten termasuk dalam kekuasaan Kerajaan Sunda.
Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan lada di Lampung, menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu. Perdagangan laut berkembang ke seluruh Nusantara, Banten menjadi kawasan multi-etnis. Dibantu orang Inggris, Denmark, dan Tionghoa, Banten berdagang dengan Persia, India, Siam, Vietnam, Filipina, Cina dan Jepang.
Masa Sultan Ageng Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa (Banten, 1631 – 1692) adalah putra Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yang menjadi Sultan Banten periode 1640-1650. Ketika kecil, ia bergelar Pangeran Surya. Ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Ratu atau Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia, ia diangkat sebagai sultan dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah. Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang). Ia dimakamkan di Mesjid Banten.
Di bawah kepemimpinanya, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kaliamntan Barat sekarang) dan menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.
Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar. Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang keagamaan, ia mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat sultan.
Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan Banten adalah sebagai berikut:
1.      Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah perdagangan Banten berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera dan sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
2.      Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional yang mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
3.      Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten.
4.      Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan bantuan arsitektur Lucas Cardeel. Sejumlah situs bersejarah peninggalan Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk Banten.
5.      Membangun armada laut untuk melindungi perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan pasukan asing dari Eropa.
Berikut ini daftar penguasa Kesultanan Banten menurut catatan sejarah Wikipedia:
1.      Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah pada tahun 1552 – 1570
2.      Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan memerintah pada tahun 1570 – 1585
3.      Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana memerintah pada tahun 1585 – 1596
4.      Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran Ratu memerintah pada tahun 1596 – 1647
5.      Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad memerintah pada tahun 1647 – 1651
6.      Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah memerintah pada tahun 1651-1682
7.      Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah pada tahun 1683 – 1687
8.      Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun 1687 – 1690
9.      Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah pada tahun 1690 – 1733
10.  Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin memerintah pada tahun 1733 – 1747
11.  Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 1750
12.  Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada tahun 1753 – 1773
13.  Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada tahun 1773 – 1799
14.   Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1799 – 1803
15.   Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin memerintah pada tahun 1803 – 1808
16.  Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin memerintah pada tahun 1809 – 1813

Kesultanan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fath Abdul Fatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional, sehingga perekonomian  kesultanan itu maju pesat.

Wilayah kekuasaannya pun semakin meluas,  meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Kesultanan Banten mengadakan hubungan dengan negara-negara lain melalui jalur laut. Pengiriman pejabat ke berbagai negara seringkali dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Inilah masa keemasan Kesultanan Banten.
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyang siksakanda ng karesian yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.

Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunan tebu, yang didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan.

Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan, dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut
Kerajaan Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa selain Kerajaan Demak, Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram Islam. Kehidupan sosial rakyat Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku dalam agama Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial masyarakat Banten semakin meningkat dengan pesat karena sultan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah menerapkan sistem perdagangan bebas dan mengusir VOC dari Batavia.
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di Indonesia. Kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat di bawah kepemimpinannya. Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu domba antara Sultan Ageng dan putranya, Sultan Haji. Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng Tirtayasa kemudian berhasil ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1629 Masehi.


Tugas Filsafat Aliran Fenomenologi



MAKALAH
“ALIRAN FILSAFAT FENOMENOLOGIS”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan, 2 sks

20150315070949!Untirta_Logo.jpg
Disusun Oleh
1. Bela Damayanti (2225140907)
2. Nia Hardianti (2225140927)
3. Viola Ajeng Perdani (2225141093)
Kelas/Jurusan: III A / PendidikanMatematika

PROGRAM STUDI PENDIDKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR


      Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan suatu anugerah pada kami sehingga kami  dapat menyusun tugas makalah tentang Filsafat Pendidikan.  Karena itu Kami berterima kasih kepada pengajar yang telah memberikan kami pelajaran Mengenai Filsafat Pendidikan ini . didalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang Aliran Filsafat Fenomenologis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi Penulis. Akhir kata Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.


Serang, 27 September 2015


Penyusun

 


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... II
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ ....... 1
1.1  LatarBelakang....................................................................................................... 1
1.2  RumusanMasalah........................................................................................... ....... 1 
1.3  TujuanMasalah............................................................................................... ....... 1
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................... .........  
2.1  Pengertian Filsafat................................................................................... ....... 2
2.2  Pengertian Fenomenologi...................................................................... ....... 3
2.3  Tokoh – TokohFenomenologi........................................................................ ....... 4
2.4  Jenis – JenisTradisiFenomenologi.................................................................. ....... 6
2.5  PrinsipdasarFenomenologi...................................................................................   7             
2.6  FenomenologiSebagaiMetodeIlmu................................................................ ....... 8             
2.7  KonstribusiFenomenologiTerhadapIlmuPengetahuan................................... ....... 9
2.8  Kelebihan Dan KekuranganfilsafatFenomenologi................................................ 9
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................... .........  
3.1  Kesimpulan................................................................................................... ..... 10             
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 11  
 



BAB I

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG

Ilmu filsafat adalah ilmu yang menjadi induk segala pengetahuan.Filsafat merupakan sebuah sistem yang komprehensif dari ide-ide mengenai keadaan yang murni dan realitas yang terjadi dalam hidup.Filsafat juga dapat dijadikan paduan dalam kehidupan karena hal-hal yang berada di dalam lingkupnya selalu menyangkut sesuatu yang mendasar dan membutuhkan penghayatan. Filsafat digunakan untuk menentukan jalan yang akan diambil seseorang dalam kehidupannya. Filsafat juga memberi petunjuk mengenai tata cara pergaulan antara sesama. Tak lepas dari semua ini, pada dasarnya filsafat adalah bersumber dari pertumbuhannya pola pikir manusia. Semua yang  ada, atau yang telah ada bisa diperhatikan dan dipikirkan secara rasional. Karena berpikir adalah aktifitas individu dan manusia mempunyai kemerdekaan untuk berpikir.Berpikir secara mendalam untuk menghasilkan suatu ilmu pengetahuan yang bisa dipertanggung jawabkan keabsahannya.Dengan demikian dapat dikata bahwa berfilsafat adalah mendalami sesuatu secara mendalam berdasarkan penalaran yang dimiliki seseorang. Dan akhirnya bisa melahirkan aliran fenomenologi yang akan dipaparkan dalam makalah ini. Perlu kita ketahui sekilas bahwa Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik.Yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini.Keduanya membicarakan manusia sebagai realita eksistensi ditentukan oleh kondis-kondisi fisik dan budaya yang mempengaruhi.Fenomenologi dan herneneutika saling bersentuhan, namun juga mempunyai perbedaan, kekuatan, dan kelemahan masing-masing.
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Jelaskan pengertian filsafat dan feneomenologi?
2.      Sebutkan tokoh-tokoh fenomenologi?
3.      Sebutkan varian tradisi fenomenologi?
4.      Apakah prinsip-prinsip dasar fenomenologi?
5.      Sebutkan kelebihan dan kekurangan filsafat fenomenologi?
1.3 TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Sebagai pemenuhan tugas mandiri mata kuliah filsafat pendidikan.
2.      Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak – pihak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat 
Secara etimologis kata filsafat dalam bahasa Yunani adalah philosophia, yaitu gabungan dari dua kata philia atau philen yang berarti cinta atau mencintai dan sophos yang berarti kebijaksanaan. Sementara dalam bahasa Inggris,  filsafat berasal dari kata philosophy yang bisa diartikan sebagai mencintai kebajikan.
Secara terminologis, dalam Kamus Filsafat (Loren Bagus, 1996:42) dijelaskan beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof, yaitu: Pertama, filsafat merupakan upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang suatu realitas; Kedua, merupakan upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata; Ketiga, filsafat merupakan upaya menentukan batas-batas dan jangkauan dari pengetahuan baik itu tentang sumber, hakikat,, keabsahan, dan nilainya; Keempat, penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan; Keenam, filsafat merupakan disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu melihat apa yang dikatakan dan untuk mengatakan apa yang dilihat.
Endang Saifuddin Anshari (1987: 83) mengutip pernyataan Al Farabi bahwa pengertian filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Sedangkan Sumarno, Karimah, dan Damayani dalam buku Filsafat dan Etika Komunikasi (2004: 13-14) pengertian filsafat dapat dibedakan menjadi:
1. Filsafat sebagai suatu sikap. Filsafat merupakan sikap terhadap kehidupan dan alam semesta.Bagaimana manusia yang berfilsafat dalam menyikapi hidup dan alam sekitarnya.
2. Filsafat sebagai suatu metoda. Berfilsafat artinya berpikir secara reflektif, yakni berpikir dengan memerhatikan unsure di belakang objek yang menjadi pusat pemikirannya.
3. Filsafat sebagai kumpulan persoalan. Befilsafat artinya berusaha untuk memecahkan persoalan-persoalan hidup.
4. Filsafat merupakan sistem pemikiran. Socrates, Plato, atau Aristoteles merupakan tokoh filsafat yang menghasilkan sistem pemikiran yang menjadi acuan dalam menjawab persoalan, sebagai metode, dan cara bersikap kenyataan.
5. Filsafat merupakan analisis logis. Filsafat berarti berbicara tentang bahasa dan penjelasan makna-makna yang terkandung dalam kata dan pengertian.Hampir setiap filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa.
6. Filsafat merupakan suatu usaha memperoleh pandangan secara menyeluruh. Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan dari berbagai macam ilmu serta pengalaman manusia menjadi suatu pandangan dunia yang menyeluruh.
Sementara Muntasyir dan Munir (2002: 3) memberikan klasifikasi pengertian tentang filsafat, sebagai berikut :
1.   Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
2.   Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
3.   Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (arti spekulatif).
4.   Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentris.
5.   Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
2.2 Pengertian Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena.Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti dari pada fenomena ini. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert (1728 - 1777), seorang filsufJerman.Dalam bukunya Neues Organon (1764).ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata. Dalam pendekatan sastra, fenomenologi memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekat dari pengalaman dan hakekat dari apa yang kita alami. G.W.F. Hegel dan Edmund Husserl adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan filosofis ini.
Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon.Kata ini berasal dari bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan.Dari kata ini timbul kata Pheinomenon berarti yang muncul dalam kesadaran manusia.Dalam fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran sadar manusia, menunjukkan pada suatu hal keadaan yang disebut intentional (berdasarkan niat atau keinginan).
Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran.Fenomenologi merupakan sebuah aliran yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal ( otak ) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek memaknai obyek-obyek di sekitarnya.Ketika berbicara tentang makna dan pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya.Pada intinya, bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui sebelumnya melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera kita.Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang dialami manusia.
2.3                       Tokoh-tokoh Fenomenologi

1.      Edmund Husserl (1859-1938)

Menurut Husserl, memahami fenomenologi sebagai suatu metode dan ajaran filsafat. Sebagai metode, Husserl membentangkan langkah-langkah yang harus diambil agar sampai pada fenomeno yang murni.Untuk melakukan itu, harus dimulai dengan subjek (manusia) serta kesadarannya dan berusaha untuk kembali pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial tentang apa yang ada. Dengan kata lain, fenomenologi harus dikembalikan kembali objek tersebut.
Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting yaitu, penundaan keputusan.Penundaan keputusan harus ditunda (epoche) atau dikurung (bracketing) untuk memahami fenomena.Pengetahuan yang kita miliki tentang fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu dapat menampakkan dirinya sendiri.
Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu diketahui. Diantaranya:
1.      Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung pula nomena(sesuatu yang berada di balik fenomena)
2.      Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani.
3.      Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka da terarah pada subjek
4.      Substansi adalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau.

Usaha untuk mencapai segala sesuatu itu harus melalui reduksi atau penyaringan yang terdiri dari :
1.      Reduksi fenomenologi, yaitu harus menyaring pengalaman-pengalaman dengan maksud mendapat fenomena dalam wujud semurni-murninya. Dalam artian bahwa, kita harus melepaskan benda-benda itu dari pandangan agama, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan ideologi.
2.      Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau penempatan dalam tanda kurung sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau hakikat gejala atau fenomena.
3.      Reduksi transcendental, yaitu dalam penerapannya berdasarkan subjeknya sendiri perbuatannya dan kesadaran yang murni.

Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak selalu harus dapat diamati dengan indera.Sebab, fenomena dapat juga dilihat atau ditilik secara ruhani tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu suatu peristiwa.

2.      Max Scheller (1874-1928)

Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara tertentu untuk memandang realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi (pengalaman fenomenologi).
Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting dalam pengalaman filsafat.Diantaranya :
1.      Fakta natural, yaitu berdasarkan pengalaman inderawi yang menyangkut benda-benda yang nampak dalam pengalaman biasa.
2.      Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi yang langsung dan semakin abstrak.
3.      Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat dari pengalaman langsung.

3.      Martin Heidegger (1889-1976)

Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan sesamanya. Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal yang ada di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan atau pembicaraan. Bagi heidegger untuk mencapai manusia utuh maka manusia harus merealisasikan segala potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu tidak mampu merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan selalu bertanggungjawab atas potensi yang  belum teraktualisasikan.
Dalam persfektif yang lain mengenai sesosok Heidegger menjadi salah satu filsafat yang fenomenal yaitu bahwa ia mengemukakan tentang konsep suasana hati (mood). Seperti yang kita ketahui bahwa dengan suasana hatilah kita diatur oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak. Biasanya, dengan posisi kita yang sedang bersahabat dengan suasana hati, maka kita akan bisa mengenali diri kita yang sesungguhnya. Karena suasana hati bisa menjadi tolak ukur untuk mengetahui hakikat diri dengan banyaknya pertanyaan yang muncul seperti pencarian jati diri siapa kita sesungguhnya, apa kemampuan kita, dan apa kekurangan atau kelebihan yang kita miliki, bagaimanakah kehidupan kita yang selanjutnya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Konsep inilah yang menguatkan pendapat banyak orang mengenai sesosok orang yang mampu melihat noumena dan phenoumena.

Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar harus memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamannya sendiri tentang realitas, dengan begitu ia menjauhkan diri dari dua ekstrim yaitu :
Pertama hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang telah dikatakan orang tentang realita,dan Kedua hanya memperhatikan segi-segi luar dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut realitas sama sekali.
Walaupun Marlean-Ponty setuju dengan Husserl bahwa kitalah yang dapat mengetahui dengan sesuatu dan kita hanya dapat mengetahui benda-benda yang dapat dicapai oleh kesadaran manusia,namun ia mengatakan lebih jauh lagi,yakni bahwa semua pengalaman perseptual membawa syarat yang essensial tentang sesuatu alam di atas kesadaran.
Oleh karena itu deskripsi fenomenologi yang dilakukan Marlean-Ponty tidak hanya berurusan dengan data rasa atau essensi saja, akan tetapi menurutnya,kita melakukan perjumpaan perseptual dengan alam.Marlean-Porty menegaskan sangat perlunya persepsi untuk mencapai yang real.
2.4 Jenis-Jenis Tradisi Fenomenologi
Inti dari tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah.Tradisi memandang manusia secara aktif mengintrepretasikan pengalaman mereka sehingga mereka dapat memahami lingkungannya melalui pengalaman personal dan langsung dengan lingkungannya.Titik berat tradisi fenomenologi adalah Pada bagaimana individu mempersepsi serta memberikan interpretasi pada pengalaman subyektifnya. Adapun varian dari tradisi Fenomenologi ini adalah,:
  1. Fenomena Klasik, percaya pada kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, artinya hanya mempercayai suatu kebenaran dari sudut pandangnya tersendiri atau obyektif.
  2. Fenomenologi Persepsi, percaya pada suatu kebenaran bisa di dapatkan dari sudut pandang yang berbeda – beda, tidak hanya membatasi fenomenologi pada obyektifitas, atau bisa dikatakan lebih subyektif.
  3. Fenomenologi Hermeneutik, percaya pada suatu kebenaran yang di tinjau baik dari aspek obyektifitas maupun subyektifitasnya, dan juga disertai dengan analisis guna menarik suatu kesimpulan.
2.5 Prinsip Dasar Fenomenologi
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis:
  • Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar.Kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengan pengalaman itu sendiri.
  • Makna benda terdiri dari kekuatan benda dalam kehidupan seseorang.Bagaimana kita berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi kita.
  • Bahasa merupakan kendaraan makna.Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.
2.6             Fenomenologi Sebagai Metode Ilmu
Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena di sini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali.
Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, praanggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya: “Zu den Sachen Selbst” (kembali kepada bendanya sendiri). Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah menjalin keterkaitan manusia dengan realitas.
Bagi Husserl, realitas bukan suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati. Realitas itu mewujudkan diri, atau menurut ungkapan Martin Heideger, yang juga seorang fenomenolog: “Sifat realitas itu membutuhkan keberadaan manusia”.

Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala sesuatu”.Untuk itu, Husserl mengajukan dua langkah yang harus ditempuh untuk mencapai esensi fenomena, yaitu metode epoche dan eidetich vision.
Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “menunda keputusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche bisa juga berarti tanda kurung (bracketing) terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu fenomena yang nampak, tanpa memberikan putusan benar salahnya terlebih dahulu. Fenomena yang tampil dalam kesadaran adalah benar-benar natural tanpa dicampuri oleh presupposisi pengamat

2.7            Konstribusi Fenomenologi Terhadap Ilmu Pengetahuan

Memperbincangkan fenomenologi tidak bisa ditinggalkan pembicaraan mengenai konsep Lebenswelt (“dunia kehidupan”).Konsep ini penting artinya, sebagai usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau membuka jalur metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial serta untuk menyelamatkan subjek pengetahuan.
Edmund Husserl, dalam karyanya, The Crisis of European Science and Transcendental Phenomenology, menyatakan bahwa konsep “dunia kehidupan” (lebenswelt ) merupakan konsep yang dapat menjadi dasar bagi (mengatasi) ilmu pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat pola pikir positivistik dan saintistik, yang pada prinsipnya memandang semesta sebagai sesuatu yang teratur – mekanis seperti halnya kerja mekanis jam. Akibatnya adalah terjadinya ‘matematisasi alam’, alam dipahami sebagai keteraturan (angka-angka).Pendekatan ini telah mendehumanisasi pengalaman manusia karena para saintis telah menerjemahkan pengalaman manusia ke formula-formula impersonal.[7]
Dunia kehidupan dalam pengertian Husserl bisa dipahami kurang lebih dunia sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai basis tindakan komunikasi antar subjek. Dunia kehidupan ini adalah unsur-unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan seseorang, yakni unsur dunia sehari-hari yang ia alami dan jalani, sebelum ia menteorikannya atau merefleksikannya secara filosofis.
Konsep dunia kehidupan ini dapat memberikan inspirasi yang sangat kaya kepada ilmu-ilmu sosial,  karena ilmu-ilmu ini menafsirkan suatu dunia, yaitu dunia sosial. Dunia kehidupan sosial ini tak dapat diketahui begitu saja lewat observasi seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu alam, melainkan terutama melalui pemahaman (verstehen ). Apa yang ingin ditemukan dalam dunia sosial adalah makna, bukan kausalitas yang niscaya.
Tujuan ilmuwan sosial mendekati wilayah observasinya adalah memahami makna.Seorang ilmuwan sosial, dalam hal ini, tidak lebih tahu dari pada para pelaku dalam dunia sosial itu. Oleh karena itu, dengan cara tertentu ia harus masuk ke dalam dunia kehidupan yang unsur-unsurnya ingin ia jelaskan itu. Untuk dapat menjelaskan, ia harus memahaminya. Untuk memahaminya, ia harus dapat berpartisipasi ke dalam proses yang menghasilkan dunia kehidupan itu.
Kontribusi dan tugas fenomenologi dalam hal ini adalah deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang merekonstruksi kenyataan sehari-hari.Maka meskipun pemahanan terhadap makna dilihat dari sudut intensionalitas (kesadaran) individu, namun ‘akurasi’ kebenarannya sangat ditentukan oleh aspek intersubjektif.Dalam arti, sejauh mana ‘endapan makna’ yang detemukan itu benar-benar di rekonstruksi dari dunia kehidupan sosial, dimana banyak subjek sama-sama terlibat dan menghayati.
Demikianlah, dunia kehidupan sosial merupakan sumbangan dari fenomenologi, yang menempatkan fenomena sosial sebagai sistem simbol yang harus dipahami dalam kerangka konteks sosio-kultur yang membangunnya. Ini artinya unsur subjek dilihat sebagai bagian tak terpisahkan dari proses terciptanya suatu ilmu pengetahuan sekaligus mendapatkan dukungan metodelogisnya.
2.8  Kelebihan dan Kekurangan Filsafat Fenomenologi

Kelebihan filsafat fenomenoligi diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      fenomenologi sebagai suatu metode keilmuan, dapat mendiskripsikan penomena dengan apa adanya dengan tidak memanipulasi data, aneka macam teori dan pandangan.
2.      fenomenologi mengungkapkan ilmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar yang objektif.
3.      fenomenologi memandang objek kajian sebagai bulatan yang utuh tidak terpisah dari objek lainnya.
Dengan demikian fenomenologi menuntut pendekatan yang holistik, bukan pendekatanpartial, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh mengenai objek yang diamati, hal ini lah yang menjadi kelebihan filsafat ini sehingga banyak dipakai oleh ilmuan-ilmuan pada saat ini terutama ilmuan sosial, dalam berbagai kajian keilmuan mereka termasuk bidang kajian agama.

Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari berbagai kelemahan, seperti :
1.      Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
2.      Pengetahuan yang didapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-bound).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Fenomenologi merupakan sebuah aliran.Yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal ( otak ) dalam bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.Aliran fenomenologi mempunyai beberapa tokoh-tokoh yang menjadi acuan dasar yang mengemukakan tentang aliran fenomenologi tersebut.Diantara tokoh-tokohnya yaitu Edmund Husserl, max scheller, martin Heidegger, dan Maurice merlea-ponty.
Fenomenologi pun tentulah tidak luput dari kekurangan dan kelebihan yang menjadi fitrah dalam semua kehidupan.Fenomenologi sebagai ilmu yaitu bahwa Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala sesuatu”.
Kontribusi fenomenologi terhadap dunia ilmu pengetahuan yaitu Kontribusi dan tugas fenomenologi dalam hal ini adalah deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang merekonstruksi kenyataan sehari-hari.










DAFTAR PUSTAKA

Maksum, Ali. 2011. PengantarFilsafat; dariMasaklasikhingga  Postmodernisme. Yogyakarta .AR-RUZZ MEDIA.

Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafatumum. Jakarta. PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.



http://aalqadry.blogspot.co.id/2013/06/filsafat-ilmu-aliran-fenomenologi.html