Aliran Perennialisme
Di zaman
kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan
manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis
ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Dikatan
bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali pada masa lampau,karena
kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena
ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan
sekarang.Perenialisme merupaka aliran filsafat yang susunannya mempunyai
kesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberika
kemungkinan bagi seseorag untuk bersikap yang tegas dan lurus.
Filsafat
perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya philosophia perenis. Pendiri utama
dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles, kemudian didukung dan dilanjutkan
oleh St. Thomas Aquinas. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan
aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadika dasar penyusunan
konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.
Jadi
sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di
mana pendidika yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan
berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang.
1.
Pandangan Ontologi Perennialisme
Ontopologi
perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual,
esensi, aksiden, dan substansi. Perennialisma membedakan suatu realita dalam
aspek-aspek perwujudannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana
Nampak dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indera. Esesnsi dari
suatu kualitas yang menjadikan atau menyebabkan benda itu lebih intrinsik dari
pada halnya. Adapun aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat
berubah-ubah dan yang sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial.
Sedangkan substansi adalah kesatuan dari tiap-tiap individu. Segala yang ada di
ala mini sperti halnya manusia, batu bangunan dasar, hewan, tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya merupakan hal yang logis dalam karakternya.
I.R
Poedjawijatna mengatakan bahwa esensi dari pada kenyataan itu adalah menuju kea
rah aktualitas, sehingga makin lama makin jauh dari potensialitasnya. Jadi,
dengan demikian bahwa segala yang ada di ala mini terdiri dari materi dan
bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan
dengan manusia maka manusia itu adalah potensialita yang di dalam hidupnya
tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula
dimilikinya akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi.
2.
Pandangan Epistemologis perennialisme
Perenialisme
berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan
adalah apa yang terlindung pada kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang
menunjukkan kesesuaian antara piker dengan benda-benda. Pengetahuan merupakan
hal yang sangat penting karena ia merupakan pengolahan akal pikiran yang
konsekuen.
Menurut
perenialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab science
sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisa
empiris kebenarannya terbatas, relative atau kebenaran probability. Ilmu pengetahuan
merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu
pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa.
Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama
adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan
demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
Anak
didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mapu mengenal dan
mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental.
Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal,
yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan
yakni :
1.
Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah dipikirkan
oleh orang-orang besar.
2.
Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karya-karya tokoh tersebut
untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang.
Tugas
utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kea rah kemasakan. Sekolah
sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik kea rah
kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Keberhasialn anak
dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah
mendidik dan mengajarkan.
Robert
Hutehkins mengatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya sama, maka perlulah
dikembangkan pendidikan yang sama bagi semua orang, ini disebut pendidikan umum
(general education). Melalui kurikulum yang satu serta proses belajar yang
mungkin perlu disesuaikan dengan sifat tiap individu, diharapkan tiap individu
itu terbentuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama.
3.
Pandangan Aksiologi Perennialisme
Perenialisme
memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural, yakni menerima
universal yang abadi. Masalah nilai itu merupakan hal yang utama dalam
perenialisme, karena ia berdasarkan pada azas-azas supernatural yaitu menerima
universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia.
Dalam
bidang pendidikan perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokohnya, sperti
Plato, aristoteles dan Thomas Aquinas. Menurut Plato, manusia secara kodrat
memiliki btiga potensi yaitu nafsu, kemauan dan pikiran. Dengan de4mikian
jelaslah bahwa perenialisme itu menghendaki agar pendidikan disesuaikan dengan
keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan dan pikiran sebagaimana yang
dimiliki secara kodrat. Ide-ide Plato ini kemudian dikembangkan oleh
aristoteles dengan lebih mendekatkan kepada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles
tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”. Untuk mencapai pendidikan itu, maka
aspek jasmani, emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.
0 komentar:
Posting Komentar