Sample Text

Ads 468x60px

Social Icons

Featured Posts

Senin, 07 Desember 2015

Aliran Perennialisme

Aliran Perennialisme
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Dikatan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali pada masa lampau,karena kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang.Perenialisme merupaka aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberika kemungkinan bagi seseorag untuk bersikap yang tegas dan lurus.
Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya philosophia perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas. Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadika dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang.
Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidika yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang.
1.      Pandangan Ontologi Perennialisme
Ontopologi perennialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual, esensi, aksiden, dan substansi. Perennialisma membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana Nampak dihadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indera. Esesnsi dari suatu kualitas yang menjadikan atau menyebabkan benda itu lebih intrinsik dari pada halnya. Adapun aksiden adalah keadaan-keadaan khusus yang dapat berubah-ubah dan yang sifatnya kurang penting dibandingkan dengan esensial. Sedangkan substansi adalah kesatuan dari tiap-tiap individu. Segala yang ada di ala mini sperti halnya manusia, batu bangunan dasar, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya merupakan hal yang logis dalam karakternya.
I.R Poedjawijatna mengatakan bahwa esensi dari pada kenyataan itu adalah menuju kea rah aktualitas, sehingga makin lama makin jauh dari potensialitasnya. Jadi, dengan demikian bahwa segala yang ada di ala mini terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila dihubungkan dengan manusia maka manusia itu adalah potensialita yang di dalam hidupnya tidak jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula dimilikinya akal, perasaan dan kemauannya semua ini dapat diatasi.
2.      Pandangan Epistemologis perennialisme
Perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan. Kebenaran adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara piker dengan benda-benda. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting karena ia merupakan pengolahan akal pikiran yang konsekuen.
Menurut perenialisme filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab science sebagai ilmu pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisa empiris kebenarannya terbatas, relative atau kebenaran probability. Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mapu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan yakni :
1.      Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah dipikirkan oleh orang-orang besar.
2.      Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karya-karya tokoh tersebut untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang.
Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kea rah kemasakan. Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik kea rah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Keberhasialn anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
Robert Hutehkins mengatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya sama, maka perlulah dikembangkan pendidikan yang sama bagi semua orang, ini disebut pendidikan umum (general education). Melalui kurikulum yang satu serta proses belajar yang mungkin perlu disesuaikan dengan sifat tiap individu, diharapkan tiap individu itu terbentuk atas dasar landasan kejiwaan yang sama.
3.      Pandangan Aksiologi Perennialisme
Perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Masalah nilai itu merupakan hal yang utama dalam perenialisme, karena ia berdasarkan pada azas-azas supernatural yaitu menerima universal yang abadi, khususnya tingkah laku manusia.
Dalam bidang pendidikan perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokohnya, sperti Plato, aristoteles dan Thomas Aquinas. Menurut Plato, manusia secara kodrat memiliki btiga potensi yaitu nafsu, kemauan dan pikiran. Dengan de4mikian jelaslah bahwa perenialisme itu menghendaki agar pendidikan disesuaikan dengan keadaan manusia yang mempunyai nafsu, kemauan dan pikiran sebagaimana yang dimiliki secara kodrat. Ide-ide Plato ini kemudian dikembangkan oleh aristoteles dengan lebih mendekatkan kepada dunia kenyataan. Bagi Aristoteles tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan”. Untuk mencapai pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.
Dapatlah disimpulkan bahwa tujuan dari pada pendidikan yang hendak dicapai oleh para ahli tersebut di atas adalah untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup bahagia demi kebaikan hidupnya sendiri. Jadi dengan akalnya dikembangkan maka dapat mempertinggi kemampuan akal pikirannya. Dari prinsip-prinsip pendidikan perenialisme tersebut naka perkembangannya telah mempengaruhi system pendidikan modern, sperti pembagian kurikulum untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.

0 komentar:

Posting Komentar