SEJARAH FILSAFAT BERDASARKAN KURUN WAKTU
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Filsafat Ilmu Pada
Zaman Klasik
2.1.1
Ionia
Tempat Lahirnya Filsafat Barat
Tempat filsafat yunani adalah asia kecil, dan
filsuf-filsuf pertama yunani berasal dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal dari Mesir. Menurut
Coppleston sulitlah untuk menjelaskan bahwa para saudagar Mesir mengekspor
pemikiran Mesir ke Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak memiliki filsafat,
sebab itu pendapat bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir sulit diterima.
Jadi, filsafat yunani berasal dari yunani sendiri yakni Ionia.
Tapi kenyataan bahwa filsafat yunani berkaitan erat
dengan matematika. Coppleston berpendapat Memang ada kemungkinan besar bahwa matematika yunani
dipengaruhi Mesir dan astronomi Yunani dipengaruhi Babylon, sebab ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani mulai berkembang di daerah yang merupakan
pertemuan barat dan timur. Tapi tidak tepat kalau dikatakan bahwa matematika
ilmiah
Matematika Mesir terdiri dari metode-metode empiris,
kasar dan lengkap untuk memperoleh hasil praktis. Geometri Mesir umumnya
terdiri dari metode-metode praktis untuk mengukur tanah setelah meluapnya
sungai Nil. Tapi Mesir tidak mengembangkan geometri ilmiah, Demikian juga
astronomi Babylon, sebetulnya merupakan astrologi, yakni ilmu nujum bintang.
Sebaliknya orang Yunani mengembangkannya menjadi ilmu astronomi ilmiah. Jadi,
menurut Coppleston, matematika dan astronomi Yunani lahir di Yunani sendiri.
Dengan demikian Yunani adalah tempat asal para pemikir
dan ilmuan asli Eropa. Orang Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu
pengetahuan demi ilmu pengetahuan itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu
pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf
terkenal Jerman, berpendapat bahwa filsafat Yunani sepenuhnya dilakukan dengan
semangat kebebasan ilmiah.
2.1.1.1
Masa Pra-Sokrates
Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama
dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia
merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates
bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran
filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.Meskipun
Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak
terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan
Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:
a.
Thales
(625-545 SM)
Dalam
sejarah filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu
dari tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari
Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan
Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai
filsuf Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala
sesuatu? Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu
merupakan kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan
kehidupan manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari
mengamati bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu
sendiri berasal dari kelembaban.
Dia juga
mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air
merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga
dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di
kalangan dewa-dewi.
b.
Anaximandros
(611-545 SM)
Anaximander
juga seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia membuat sebuah peta,
yang mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut hitam. Menurut
Theophrastus, Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih
muda. Di samping kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan
sama yang menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu
tidak mungkin air seperti yang dikatakan Thales.
Kalau
perubahan, kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh
konflik, maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak
dapat melebur menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda
adalah to apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu
kekal dan tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander
mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek.
Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn
bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang
asal usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan
dari hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan
makanan bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang
panjang untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia
bias hidup dalam tahap transisi.
Jadi, doktrin
Anaximander merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak
menunjuk unsure tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.
c.
Anaximenes
(588-524 SM)
Menurut
Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin
sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas.
Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita,
yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul
seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar (urstoff) dari
dunia.
Udara tak
dapat dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan.
Ketika udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan
denderung terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia
menjadi lebih dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin
nyala dan kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.
d.
Pythagoras
(580-500 SM)
Tentang
Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras
mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua
abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia.
Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras
antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan
Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius
dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.
Ajaran
tentang bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain
filsafat methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting,
Pythagoras dan para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika.
Sampai-sampai dikatakan bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut
Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat
dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan
angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music
antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya
harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung
pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things
are numbers).
Menurut
Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu
beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan
akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan
bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika
mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai
dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita
tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar
music jagad raya itu.
filsuf-filsuf
lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:
a) Xenophanes (570-480 SM)
b) Heracleitos
c) Parmenides dan Melissus
d) Zeno
e) Empedocles
f) Leocippus
g) Para filsuf Atomisme
2.1.1.2 Masa
Sokrates
Perhatian masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos.
Pada masa sesudahnya, yakni sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu
sendiri, faktor-faktor penyebabnya anatara lain.
a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang
tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat
Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan
kejamakan (diversity)
b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan
peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan
peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini,
para pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah
beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah konvensi
atau tidak?
·
Kaum
Sofis
Ada perbedaan
antara filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
a. Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia,
peradaban dan kebiasaab manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos,
bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles:
“Ada banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari
manusia”.
b. Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga
berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode
deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.
Pada masa Pra-Sokrates, filsuf menetpkan prinsip umum,
kemudian menjelaskan fenomena fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut.
Sebaliknya, kaum sofis adalah ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak
observasi dan fakta, lalu menarik kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis.
Kesimpulan-kesimpulan itu sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi
bingung. Atau, setelah banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan,
mereka membuat teori tentang asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c.
Perbedaan
juga terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran
obyektif tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran
spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran
,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis
mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka
adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan
lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi
penyair, filsafat mitologi, agam dll).
Kaum sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang
merupakan factor sangat penting dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di
Yunani, agar bias berkecimpung dala politik, orang harus pintar berpidato.
Adapun tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras
(481-411 SM), Prodicus, Hippias, Gorgias (480-380 atau 483-375 SM),
Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
·
Socrates
Menurut Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni
tahun 399 SM, usia Socrates sekitar 70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates
lahir sekitar tahun 470 SM. Ayahnya bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan
ibunya bernama Phaenarete seorang dukun bersalin.
Sosok Socrates sebagai filsuf moral berawal dari
peristiwa yang disebut pertobatan Socrates menyusul Orakel Delphic. Diceritakan
bahwa Chaerephon, sobat Socrates, suatu ketika bertanya kepada ahli nujum
apakah ada orang lain yang lebih bijaksana dari Socrates.. jawaban yang
diberikan adalah “tidak”. Ini membuat Socrates merenung-renung. Dia akhirnya sampai
pada kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dewa dengan menyebutnya orang paling
bijak adalah karena dia tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian
melihat misinya yakni untuk mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang
membutuhkan bimbingannya.
Adapun
ajaran-ajaran Socrates adalah sebagai berikut:
1.
Socrates
mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat
tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular
dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
2.
Socrates
mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang
dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui
wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates
bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan.
Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya
mencapai definisi yang lebih lengkap.
3.
Tujuan
dialektik bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran.
Kebenaran itu bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang
baik. Menurut Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah
kehidupan yang baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara
semestinya lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan
yang jelas akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini
adalah tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk
definisi yang jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4.
Socrates
menaruh perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa
padanya adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni
jiwa lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun
tak dapat dilepaskan dari etika.
5.
Etika
Socrates memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan
kebajikan adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang
tahu apa yang baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6.
Socrates
mengajarkan bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang
betul-betuk baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan
kesehatan dan harmoni jiwa.
7.
Dalam
ajaran tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan
allah-allah tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah
yang tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk
masalah monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia
berasal dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga
merupakan bagian dari akal budi universal.
·
Plato
Plato adalah salah satu filsuf terbesar di dunia.
Lahir di Athena dari keluarga terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione.
Menurut sejumlah sumber, nama aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru
diberikan sesudahnya karena ia memiliki sosok fisik yang kokoh kuat.Plato
menjadi murid Socrates ketika ia berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates
pasti lebih awal. Plato pernah mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40
tahun. Konon ia juga pernah mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bias
diterima oleh sebagian pengamat. Plato pernah dijual sebagai budak kepada
Aegina atas perintah Dionysius I, Tiran dari Syracuse.
Adapun
ajaran-ajaran terpenting dari Plato adalah:
1.
Dua
Dunia
Plato mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea
dan dunia materi. Dunia idea bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal.
Dunia jasmani bersifat jamak, berubah-ubah dan tidak kekal.
2.
Jiwa
Jiwa adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea,
tidak dapat mati, kekal. Jiwa terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional
(dihubungkan dengan kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan
bagian keinginan atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.
3.
Negara
Ajaran tentang negara merupakan puncak filsafat Plato.
Menurut Plato tujuan hidup manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar
supaya hidup baik, orang harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan
soal akal semata-mata, tapi seluruh diri manusia. Akal harus mengatur
nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya dan harus didukung perasaan-perasaan
yang lebih tinggi. Jalan kea rah sini adalah kesenian, sajak, music dan
sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai kalau ada negara yang baik. Sebab
manusia adalah makhluk social yang memerlukan negara.
Dalam satu
negara ada tiga golongan, yakni:
a)
Para
penjaga, yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan
mereka adalah kebijaksanaan.
b)
Para
prajurit yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.
c)
Rakyat
jelata seperti petani, tukang dan pedagang. Kebajikan mereka adalah
pengendalian diri.
·
Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya
seorang dokter pribadi raja Mcedonia. Ketika berusia 18 tahun ia belejar
filsafat p-ada Plato di Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah
Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander
Agung. Ketika Alexander Agung meninggal pada thun 323, timbullah huru hara.
Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia
di situ pada tahun 322.
2.1.1.3
Masa hellenisme dan Romawi
Di masa ini muncul beberapa aliran, terpenting di
antaranya adalah:
1)
Stoisisme
didirika oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh
logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung
menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam,
karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.
2)
Epikurisme
didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan
kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan
batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana
adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
3)
Skeptisisme
dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut
tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
4)
Eklektisisme
adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsure yang berbeda. Ini juga
merupakan kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang
dikenal denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.
2.2 Filsafat
Barat Abad Pertengahan
Abad pertengahan merupakan
kurun waktu yang
khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominansi agama Kristen
sangat menonjol. Perkembangan alam
pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat,
harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas teologi lebih
tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat berfungsi melayani Teologi. Tapi
bukan berarti bahwa pengembangan nalar dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad pertengahan dibagi
menjadi dua periode yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani
maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan
karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman
Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.
2.2.1 MASA PATRISTIK
2.2.1.1
Gambaran Umum
Patristik
berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak.
Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat
berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada
pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.
2.2.1.2
Tokoh-tokoh terpenting
Bapak
Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus,
Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza
(330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius
Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus,
Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada
masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari
Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa
patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah
pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa
keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar
Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati
kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen
dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada
abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones
(pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus
menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut
Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang
ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu
bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa
yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir
maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep
yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan
dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep
yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat
patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan
timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda
dengan masa patristik.
2.2.2
MASA SKOLASTIK
2.2.2.1
Gambaran Umum
Nama
skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah
filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak
pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan intelektual
mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin
segar.
Masa
Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini filsafat
dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu.
Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani,
karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya
filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab yaitu Ibnu
Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes.
Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme
sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang
pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran
karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang berhadapan
dengan karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan
alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam pemikiran Agustinus
yang mendominasi masa-masa sebelumnya.
2.2.2.2 Tokoh-tokoh terpenting
2.2.2.2 Tokoh-tokoh terpenting
Tokoh-tokoh
terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus
Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus
(1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus
Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308),
Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius
adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun,
ia dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia
menulis buku yang berjudul De Consolatione Philosophiae.
Johanes
Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung.
Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam
(saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan
mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.
Petrus
Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan
pendapat yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang
Universalia (konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan
Nominalisme.
Ibn
Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme.
Dia menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan
dunia secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek
pertama.
Ibn
Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme
yaitu pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura
adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah
dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah mahaguru di
fakultas sastra diparis.
Albertus
Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di
sejumlah universitas di Jerman dan Paris.
Thomas
Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo
dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat
bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia
Est Ancilla Theologiae. Manusia dapat
mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui
ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi
yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu
1.
Gejala adanya
perubahan atau gerak
2.
Gejala sebab dan
akibat
3.
Gejala kontingensi
4.
Adanya hierarki kesempurnaan
5.
Finalitas dunia
Manusia
terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan
materinya. Keduannya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.
Johanes
Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran
Aristoteles dan Bonaventura.
William
Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah
di gereja, di bidang filsafat ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus
Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas
kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.
2.3 Filsafat Modern
Filsafat klasik bersifat kosmosentris, filsafat abad
pertengahan bersifat teosentris, sedangkan filsafat modern bersifat
antroposentris. Di zaman Yunani klasik, pusat perhatian filsafat adalah
pertanyaan: apa yang merupakan unsur pertama dari kosmos. Pada abad pertengahan
Allah diakui sebagai pencipta alam semesta. Sedangkan pada zaman modern, yang
menjadi pusat pergulatan filosofis adalah manusia itu sendiri.
2.3.1
RENAISSANCE
Kata ini
berasal dari bahasa Prancis dan berarti kelahiran kembali. Maksudnya, usaha
untuk menghidupkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi klasik. Dalam sastra lahirlah
humanisme, yang juga mencari inspirasinya pada sastra Yunani dan Romawi.
Renaissance ditandai oleh kelahiran kembali di berbagai ilmu, seperti ilmu
sastra, kesenian, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan alam
berkembang pesat berdasarkan metode eksperimental.
Nicolaus
Copernicus, Johannes Kepler, dan Galileo Galilei adalah contoh ilmuwan yang
membawakan wawasan baru dengan penemuan-penemuan yang penting. Copernikus,
berdasarkan penyelidikannya, mengemukakan bahwa pandangan geosentris yang
dianggap benar selama berabad-abad sebelumnya ternyata salah. Menurut
Copernicus, bukan bumi yang menjadi pusat, melainkan matahari adalah pusat
jagad raya. Galileo Galilei kemudian memperkuat teori Copernikus tentang
heliosentrisme.
Di bidang
filsafat, peletak dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis Bacon
(1561-1623), seorang filsuf dari Inggris.
2.3.1.1
FILSAFAT
ABAD XVII
Tiga aliran besar
filsafat yang muncul dan berkembang pada abad XVII adalah rasionalisme,
empirisme, dan idealisme. Berikut dibicarakan tentang ketiga aliran tersebut.
1)
Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa
sumber pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal budi).
Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah Blaise Pascal, Baruch
Spinoza, G.W.Leibnitz, Christian Wolff, dan Rene Descartes (1596-1650).
Rene Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern.
Ucapannya yang terkenal adalah Coglto Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada).
Ungkapan ini mempunyai makna lebih dalam dari sekedar pengertian harafiah.
Dengan ungkapan itu hendak dinyatakan metode yang dianut Descartes yakni metode
kesangsian. Descartes mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan secara
radikal, dan tidak boleh diterima begitu saja. Kalau suatu kebenaran tahan
terhadap kesangsian (artinya tidak disangsikan lagi), itulah kebenaran yang
sesungguhnya dan harus menjadi fondamen bagi ilmu pengetahuan.
Itulah sebabnya Cogito Ergo Sum harus diartikan
sebagai: saya yang sedang sangsi, ada. Bagi Descartes, berpikir berarti
menyadari. Jika saya menyangsikan, maka saya menyadari sungguh-sungguh bahwa
saya menyangsikan. Kebenaran itu pasti sebab saya mengerti dengan jelas dan
terpilah-pilah (c/ear/y and dis- tinctly).
Menurut Descartes, dalam diri manusia terdapat tiga
ide bawaan sejak lahir, dan itulah yang merupakan kebenaran. Ketiga ide bawaan
itu adalah pikiran, Allah, dan keluasan.
Mengapa pikiran? Karena kalau saya memahami diri
sebagai makluk yang berpikir, maka hakekat saya adalah pemikiran. Mengapa
Allah? Kalau saya mempunyai idea "sempurna", harus ada penyebab
sempurna idea itu, karena akibat tidak pernah melebihi penyebabnya.
Dan mengapa pula keluasan? Karena saya mengerti materi
sebagai keluasan (ekstensi).
Satu-satunya alasan untuk menerima dunia materi adalah
bahwa Allah akan menipuku jika Ia memberikan idea keluasan padahal tidak ada
suatu pun yang mempunyai luas. Tapi, menurut pengamatan, di luarku ada dunia
materi. Jadi, Allah itu ada.
Menurut Descartes, manusia terdiri dari jiwa
(pemikiran) dan tubuh (keluasan). Tubuh adalah mesin yang dijalankan jiwa.
Dengan pandangan seperti ini, Descartes mengakui dualisme dalam manusia.
2)
Empirisme
Empirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa hanya
pengalaman (lewat indra) merupakan sumber pengetahuan yang benar. Jadi,
empirisme bertolak belakang dengan pandangan rasionalisme. Immanuel Kant
kemudian mendamaikan kedua pandangan yang sangat ekstrim tersebut.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Thomas Hobbes
dan John Locke, keduanya dari Inggris.
2.3.1.2
FILSAFAT
ABAD XVIII (AUFKLAERUNG)
Aufklaerung
berarti pencerahan (istilah bahasa Inggris untuk ini adalah enlightment).
Dinamakan demikian karena pada periode ini manusia mencari cahaya baru dalam
rasionya. Keadaan periode sebelum ini sering diumpamakan dengan keadaan belum
akil balig, di mana manusia kurang menggunakan kemampuan akal budinya.
Salah satu ciri
terpenting zaman Aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Dalam
fisika kita kenal ilmuwan besar seperti Isaac Newton.Karena rasio mendapat
tempat terhormat dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu
dan otoritas agama. Mudah dimengerti, mengapa di Prancis muncul sikap
antikristianisme dan antiklerikalisme.
gama kristen, sebelum periode ini, memainkan peranan sangat menentukan.
Akal budi tidak
diingkari, tetapi diletakkan pada fungsinya sebagai pendukungiman dan wahyu.
Penjelasan apapun yang tidak sesuai dengan iman dianggap tidak benar.
Tempat para klerus
dalam lingkungan yang memberi tempat penting
kepada agama memang sangat istimewa. Oleh sebab itu, pada masa
pencerahan, orang tak mau tunduk lagi kepada otoritas agama. Mulai berkembang
pemikiran. pemikiran bebas. Aufklaerung merintis jalan menuju revolusi Prancis
tahun 1789.
Tokoh-tokoh
terpenting filsafat masa pencerahan antara lain George Berkeley dan David Hume
(Inggris), Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau (Prancis), dan Immanuel Kant
(Jerman). Filsuf paling penting untuk periode ini adalah Immanuel Kant.
Seperti
dikatakan di atas, Kant berusaha mendamaikan pandangan rasionalisme dan
empirisme. Menurut Kant, peran rasio dan pengalaman sama pentingnya dalam
proses mengetahui. Pengalaman indra dinamakannya unsur aposteriori, sedangkan
akal budi dinamakannya unsur apriori. Kant berpendapat bahwa pengetahuan selalu
merupakan hasil sintese unsur akal budi dan pengalaman. Akal budi sendiri tidak
dapat dipercaya begitu saja, demikian pula pengalaman indera. Kita mengalami
bahwa indra banyak kali menipu. Kita melihat mentari sebagai sebuah benda
langit bercahaya yang kecil, padahal dalam kenyataannya matahari adalah badan
angkasa yang sangat besar. Oleh sebab itu hasil pengamatan indra harus
diteguhkan oleh akal budi.
2.3.1.3
FILSAFAT
ABAD XIX
Aliran-aliran
besar yang muncul sepanjang abad XIX adalah idealisme Jerman, positivisme, dan
materialisme. Berikut diuraikan secara singkat aliran- aliran tersebut serta
sejumlah tokohnya.
1)
Idealisme
Jerman
Idealisme adalah
aliran yang berpandangan bahwa tidak ada realitas obyektif dari dirinya
sendiri. Realitas seluruhnya, menurut aliran ini, bersifat subyektif.Seluruh
realitas merupakan hasil aktivitas Subyek Absolut (yang dalam agama dinamakan
Allah).
Jadi, menurut
idealisme rasio atau roh (idea) mengendalikan realitas seluruhnya. Segala
sesuatu merupakan tampakan-tampakan atau momen-momen yang berkembang sendiri.
Idealisme pada dasarnya bertentangan dengan Platonisme.
Tokoh-tokohnya
yang terpenting adalah tiga filsuf Jerman yakni J.G.Fichte ( 1762- 1814), F.W
J.Schelling ( 1775- 1854), dan G.W.F. Hegel (1770-1831). Filsuf paling penting
di antara ketiganya adalah Hegel.
2)
Positivisme
Aliran ini
berpandangan bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau
apa yang nampak. Manusia tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta.
Oleh sebab itu,
menurut positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah menyelidiki
fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam realitas. Dengan demikian,
positivisme menolak metafisika.
Positivisme
mempunyai persamaan dan perbedaan dengan empirisme.Persamaan pada keduanya
adalah bahwa keduanya mengutamakan pengalaman indra. Akan tetapi positivisme
hanya menerima pengalaman obyektif, sedangkan empirisme menerima juga
pengalaman batiniah/subyektif.
Tokoh-tokoh
terpenting positivisme antara lain Auguste Comte (1798-1857), John Stuart Mill
(1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
3)
Materialisme
Aliran ini
berpandangan bahwa seluruh realitas terdiri dari materi. Artinya, tiap benda
atau peristiwa dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil.
Materialisme merupakan aliran terpenting dan sangat berpengaruh sepanjang abad
XIX, bahkan sampai dewasa ini. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap
idealisme Jerman.
Tokoh-tokohnya
yang terpenting adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872), Kari Marx (1818-1883), dan
Friedrich Engels (1820-1895).
Pikiran-pikiran
Kari Marx sering muncul dalam nama materialisme dialektis dan materialisme
historis. Nama-nama itu bukan berasal dari Mara sendiri.Materialisme historis
digunakan oleh Engels sesudah kematian Marx. Sedangkan materialisme dialektis
digunakan tahun 1891 oleh filsuf Russia, G.Plekhanov.
Materialisme
dialektis beranggapan bahwa perubahan kuantitas dapat mengakibatkan perubahan
kualitas. Perapatan materi dapat menghasilkan suatu yang sama sekali baru.
Dengan cara demikian, kehidupan berasal dari materi mati, dan kesadaran manusia
berasal dari kehidupan organis. Materialisme historis berpandangan bahwa arah
yang ditempuh sejarah ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi
materiil. Menurut Mara, titik akhir sejarah adalah keadaan ekonomi tertentu,
yakni komunisme, di mana milik pribadi diganti milik bersama. Baru pada kondisi
seperti itulah manusia mencapai kebahagiaannya. Arah ini adalah suatu
keharusan, suatu yang mutlak, tak dapat diubah dengan cara apapun. Dan manusia
dapat mempercepat proses itu dengan melakukan revolusi.
2.4 FILSAFAT KONTEMPORER
Filsafat Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen.
Hal ini disebabkan antara lain karena profesionalisme yang semakin besar.
Banyak filsuf adalah spesialis bidang khusus seperti matematika, fisika,
psikologi, sosiologi, atau ekonomi.
Hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad
XX pemikiran- pemikiran lama dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme,
Neokantianisme, Neopositivisme, dan sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris,
dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling depan dalam filsafat.
Umumnya, orang membagikan filsafat pada periode ini menjadi filsafat
kontinental (Prancis dan Jerman); dan filsafat Anglosakson (Inggris).
Aliran-aliran
terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme,
vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa),
strukturalisme, dan postmodernisme.
2.4.1
PRAGMATISME
Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar adalah apa
yang akibat- akibatnya bermanfat secara praktis. Jadi, patokan pragmatisme
adalah manfaat bagi kehidupan praktis. Kebenaran mistis diterima, asal
bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang benar adalah pengalaman yang
bermanfaat praktis. Aliran ini sangat populer di Amerika Serikat.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James (1842-1910) dan John Dewey
(1859-1952).
2.4.2
VITALISME
Vitalisme berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup
digerakkan oleh daya atau prinsip vital yang berbeda dengan daya-daya fisik.
Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta
industrialisasi, di mana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh
terpenting vitalisme adalah filsuf Prancis, Henri Bergson (1859- 1941).
2.4.3
FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata fenomenon yang berarti
gejala atau apa yang tampak. Jadi, fenomenologi adalah aliran yang membicarakan
fenomena atau segalanya sejauh mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund
HusserI (1859-1938). Seorang fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874-
1928).
2.4.4
EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang memandang
segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara berada
di dunia. Cara berada manusia di dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk
lain. Benda mati dan hewan tidak menyadari keberadaannya, tapi manusia sadar
bahwa dia berada di dunia. Manusia sadar bahwa ia bereksistensi. Itulah
sebabnya, segalanya mempunyai arti sejauh berkaitan dengan manusia. Dengan kata
lain, manusia memberi arti kepada segalanya. Manusia menentukanperbuatannya
sendiri. Ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Jadi, eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia
eksistensi mendahului esensi (hakekat), sebaliknya pada benda-benda lain esensi
mendahului eksistensi. Manusia berada lalu menentukan diri sendiri menurut
proyeksinya sendiri. Hidupnya tidak ditentukan lebih dulu. Sebaliknya, benda-
benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapatdielakkan.
Tokoh-tokoh terpenting eksistensialisme adalah Martin
Heidegger (1883- 1976), Jean-Paul Sartre (1905-1980), Kari Jaspers (1883-1969),
dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich
Nietzsche (1844- 1900), Nicolas Alexandrovitch Berdyaev (1874-1948) juga sering
dimasukkan ke dalam kelompok filsuf-filsuf eksistensialis.
Patut dicatat bahwa sebetulnya di antara para filsuf
eksistensialis terdapat perbedaan. Sebagian mereka bahkan tidak mau
dikelompokkan sebagai filsuf eksistensialis. Akan tetapi mereka semua mempunyai
kesamaan pandangan bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkret,
manusia yang bereksistensi. Dalam kaitan dengan ini mereka berpendapat bahwa
pada manusia eksistensi mendahului esensi (Fuad Hassan, 1985: 7-8). Sebagian
filsuf eksistensialis adalah ateis, seperti Jean-Paul Sartre, tetapi ada yang
tetap mengakui Allah, seperti Gabriel Marcel.
Jean-Paul Sartre
adalah satu-satunya filsuf kontemporer yang menempatkan kebebasan pada titik
yang sangat ekstrim. Dia berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali
tidak bebas. Tentang kebebasan, Sartre mengatakan: "Manusia bebas. Manusia
adalah kebebasan." Dalam sejarah filsafat tidak pernah ada ungkapan begitu
ekstrim tentang kebebasan. Sartre tidak memandang kebebasan sebagai salah satu
ciri manusia, tapi menganggap manusia sebagai kebebasan. Ini ada kaitan dengan
pandanganaya tentang eksistensi (cara berada). Sartremembedakan dua macam cara
berada, yakni etre-en-soi (berada dalam diri sendiri) dan etre-pour-soi (berada
untuk diri). Etre-en-soi adalah cara berada yang deterministik. Itu merupakan
cara berada benda-benda mati, hewan, dan tumbuhan. Pohon, misalnya, tumbuh
sebagai pohon jenis tertentu, dengan bakat tertentu. Sampai kapan dan di
manapun pohon itu akan tetap yang sama, tidak akan meninggalkan kodrat. Batu,
dari kodratnya telah ditentukan sebagai benda yang keras, dan sebab itu ia akan
tetap seperti itu sampai kapanpun. Jadi, cara berada ini sudah ditentukan
kodrat. Sebaliknya, Etre-pour-soi adalah cara berada khas manusia. Artinya,
manusia ada dulu baru menentukan diri sendiri. Dirinya tidak pernah ditentukan
lebih dulu. Manusia ada begitu saja, dan baru sesudah itu manusia menentukan
apa yang harus dilakukannya. Hanya manusia dapat mengatakan "tidak", benda-
benda lain selalu berada menurut esensi atau kodrat yang telah ditentukan.
Karena tidak ditentukan sebelumnya, maka manusia bertanggungjawab terhadap
keberadaannya.
Konsep kebebasan
seperti ini membawa Sartre kepada penolakan akan adanya Allah. Menurut Sartre,
jika ada Allah maka manusia tidak bebas lagi, sebab Allah sudah menentukan
esensi manusia. Pisau yang dibuat tukang, kata Sartre, sudah ada dalam konsep
tukang yang membuatnya sebelum pisau itu hadir dalam bentuk tertentu. Dalam
pikirannya, tukang sudah memikirkan bahwa
pisau itu
terbuat dari baja atau besi, tajam, berujung runcing, diberi gagang tanduk
rusa, digunakan untuk memotong daging atau mencukur rambut, dan ciri-ciri
lainnya. Itulah esensi pisau yang sudah ada di kepala tukang sebelum pisau itu
betul-betul hadir dalam wujudnya yang tertentu.
Kalau ada Allah,
kata Sartre, maka Allah pasti sudah mengetahui esensi manusia. Itu berarti,
manusia tidak bebas lagi. Manusia akan melakukan apa yang sudah ditentukan
Allah itu. Tapi itu tidak mungkin sebab pada manusia eksistensi mendahului
esensi. Sebab itu tidak ada Allah.
Menurut Sartre,
manusia tidak mempunyai kodrat. Ia ada begitu saja, baru sesudahnya ia membuat
kodratnya sendiri. Mengapa? Karena memang tidak ada Allah yang mengkonsepkan kodrat
itu.
Manusia tidak
mempunyai kewajiban terhadap suatu yang lain, kecuali dirinya sendiri.
Seandainya Allah ada, manusia kehilangan martabat manusianya. Maka mustahil
bahwa Allah dan manusia ada berdampingan. Manusia yang hanya merupakan alat di
tangan Allah, kata Sartre, bukan manusia bebas.
Dalam bukunya
Existentialism and Humanism Sartre memberikan tanggapan kepada orang-orang yang
mengatakan bahwa eksistensialisme adalah ateisme. Sartre mengatakan bahwa
eksistensialisme sama sekali bukan ateisme yang menolak adanya Allah.
Seandainya Allah ada, itu samasekali tidak bakal mengubah apa-apa, kata Sartre.
2.4.5
FILSAFAT
ANALITIS
Aliran ini muncul di Inggris dan Amerika Serikat sejak
sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Filsafat
ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya Neohegelianisme di
lnggris.Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan
konsep-konsep.Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Russel, Ludwig
Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
2.4.6
STRUKTURALISME
Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan
dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada
dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama
dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki
struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokoh terpenting strukturalisme adalah Levi
Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.
2.4.7
POSTMODERNISME
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme
dengan segala dampaknya. Seperti diketahui, modernisme dimulai oleh Rene
Descartes, dikokohkan oleh zaman pencerahan (Aufklaerung), dan kemudian
mengabadikan diri melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap
memperkenalkan istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat bukunya
The Postmodern Condition: A Report on Knowledge (1984).
Modernisme mempunyai gambaran dunia sendiri yang
ternyata melahirkan berbagai dampak buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam
secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena yang mengakibatkan krisis
ekologi. Dampak ini disebabkan oleh pandangan dualistiknya yang membagi
kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia, dsb. Kedua,
manusia cenderung menjadi obyek karena pandangan modern yang obyektivistis dan
positivistis.Ketiga, ilmu-ilmu positif-empiris menjadi standar kebenaran
tertinggi. Keempat, materialisme. Kelima, militerisme. Keenam, kebangkitan
kembali tribalisme (mentalitas yang mengunggulkan kelompok sendiri.
Istilah postmodern di luar bidang filsafat muncul
lebih dulu. Rudolf Pannwitz, dalam bukunya tentang krisis kebudayaan Eropa
tahun 1947 menggunakan istilah manusia postmodern yang ciri-cirinya sehat,
kuat, nasionalistis, religius, yang muncul dari nihilisme dan dekadensi
nihilisme Eropa. Ia merupakan cermin kemenangan atas kekacauan yang menjadi
ciri khas modernitas.
Dalam perspektif filosofis istilah postmodern baru
digunakan tahun 1979, dan bukan didorong oleh postmodern di Eropa yang
berlatarbelakang arsitektur, melainkan dirangsang oleh diskusi tentang problem
sosiologis masyarakat postindustri di Amerika Utara. Dalam konteks ini
Jean-Francois Lyotard membuat laporan untuk Dewan Universitas Quebec tentang
perubahan-perubahan di bidang pengetahuan pada masyarakat industri maju karena
kemajuan teknologi informasi baru. Laporan itu terbit dalam
bukunya yang disebut di atas tahun 1979. Laporan inilah yang menjadi titik
tolak diskusi-diskusi filosofis tentang postmodernisme (Jurnal Filsafat, 1990:
9-10).
Ciri-ciri terpenting postmodernisme adalah (1)
relativisme, dan (2) mengakui pluralitas. Pada modernisme, pengetahuan
merupakan suatu kesatuan yang didasarkan pada cerita-cerita besar (grand
narratives) yang menjadi ide penuntun sampai ke penelitian-penelitian paling
mendetil. Tapi postmodernisme merelatifkan semuanya. Menurut para postmodernis,
tidak ada suatu norma yang berlaku umum. Tiap bagian mempunyai keunikan
sehingga tak dapat menerima pemaksaan ke arah penyeragaman. Dengan demikian,
postmodernisme mengakui pluralitas dan hak hidup individu atau unsur lokal (Sugiharto:
1996, 30-33)
Tokoh-tokoh postmodernisme terpenting, selain Lyotard,
adalah Jacques Derrida, Richard Rorty, dan Michel Foucoult.
0 komentar:
Posting Komentar