Kajian Tematik Filsafat
Dalam pendekatan tematik,
filsafat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu ontologi (metafisika),
epistemologi, dan aksiologi.
1.
ontologi/metafisika : bidang
filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara fisik
(fenomena) atau sesuatu yang berada di balik realitas (noumena). Dalam kajian
filsafat, segala sesuatu itu dikenal dengan "ada" (things). Dalam
bidang ini termasuk juga filsafat manusia, filsafat alam, dan filsafat ketuhanan.
Ontologi secara
ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan
mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan
kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat
diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir,
dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai
dasar pembahasan realitas.
Pembahasan
ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika. Mengapa ontologi terkait
dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ada”, metafisika menjawab
pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu
pembahasan, metafisika merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada pembahasan
lain, ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu,
metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang
metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk
pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam
ini. Terdapat Beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini.
2.
epistemologi : bidang filsafat
yang mempelajari bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu atau "ada"
tersebut. Beberapa bidang yang termasuk ke dalam epistemologi
adalah filsafat ilmu, metodologi, dan logika.
Epistemologi
yang lebih jelas diungkapkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur,
metode-metode dan validitas pengetahuan
Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Epistemologi dalam ilmu filsafat akan terus mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologies.
Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. “Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui” adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Epistemologi dalam ilmu filsafat akan terus mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologies.
3.
aksiologi :
bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai.
Misalnya, sejauh manakah nilai-nilai yang
terkandung dalam pengetahuan tersebut. Bagian dari aksiologi adalah etika dan
estetika.
Teori
tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika dimana
makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai
untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnya. Nilai itu bersifat
objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika
nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Cabang-cabang ilmu filsafat ini
berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran filsafat. Misalnya, logika
dikembangkan oleh Aristoteles. Sementara itu, epistemologi dikembangkan oleh I
mmanuel Kant ketika ia mempertanyakan sejauh mana akal dapat mengetahui tentang
yang ada dan sejauh mana akal memiliki kevalidan ketika mempersepsi sesuatu.
Dari bidang ontologi, akan kita
kenal pandangan materialisme Karl Marx berdasarkan pada pemikirannya bahwa
segala sesuatu yang ada ini bersifat materi. Dapat dikatakan bahwa Karl Marx
menolak kajian metafisika dan lebih mengakui ontologi. Sebagai catatan,
kecenderungan penolakan terhadap metafisika ini sebenarnya memang berkembang
pesat pada era filsafat modern.
Dari bidang epistemologi, akan
kita ketahui paham-paham seperti rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme
memandang bahwa sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari akal, sedangkan
empirisme memandang sumber ilmu pengetahuan itu berasal dari pengalaman.
Berikut ini diberikan penjelasan tentang pengalaman, pengetahuan, dan ilmu
pengetahuan.
Ciri-ciri Pengalaman,
Pengetahuan, dan llmu Pengetahuan:
·
Pengalaman:
- Berhubungan dengan realitas
yang dialami manusia lewat pancaindra Pengalaman bersifat sangat subjektif,
karena :
Objek tetap, subjek berbeda
Objek berubah, subjek tetap Objek berubah, subjek berbeda
·
Pengetahuan:
- Adanya "sensation"
(kesadaran, peristiwa mental) setelah mengindra realitas (pembeda dengan hewan)
-
Proses mental yang melalui akal
budi (berpikir) menjadikan pengalaman menjadi pengetahuan. (contoh: ilmu
tentang kerokan, obat kumis kucing)
-
·
Ilmu pengetahuan:
- Pengalaman (pengetahuan) yang
telah diolah secara kritis lewat akal budi menjadi ilmu pengetahuan karena
memiliki:
(1)
paradigma
(2) teori
(3) metodologi
Dalam
bidang teori pengetahuan, terdapat tiga cara pandangan yang dominan dalam
bidang filsafat. Ketiga cara pandang tersebut adalah rasionalisme,
empirisme, dan kritisisme. Berikut ini dijelaskan ketiga pandangan tersebut
serta ciri-cirinya.
Rasionalisme
-
Rasionalisme
dicetuskan oleh Rene Descartes (1596-1650), seorang filsuf dari Peran
-
Menurut
Descartes, rasio adalah satu-satunya sumber pengetahuan
-
Kesan-kesan
indrawi dianggap sebagai ilusi yang hanya diatasi oleh kemampuan yang dimiliki
rasio
-
Pemikiran
Descartes yang terkenal adalah
cogito ergosum
"saya berpikir, karena itu saya ada"
-
Mengunakan
upaya ilmiah dengan "metode skeptis"
-
Rasionalisme
memiliki dampak penting bagi ilmu pengetahuan karena menjadi dasar berpikir
logis dan munculnya sistem pemikiran yang menitikberatkan pada akal.
-
Dalam
penelitian menggunakan metode deduksi
Empirisme
- Empirisme
adalah paham pemikiran yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya didapatkan dari
pengalaman empiris, bukan semata-mata dari rasio
-
Filosof-filosof
inggris memiliki paham empirisme, diantaranya David Hume (1711-1776), john
Locke (1632-1704), dan Goerge Berkeley (1685-1753)
-
Francis
Bacon mengatakan empirisme adalah pengamatan- pengamatan partikular lalu
membentuk kesimpulan umum
- John
Locke menganggap bahwa rasio manusia mula-mula harus dianggap "as a white
paper" yang artinya pada saat lahir manusia belum memiliki pengetahuan
apa-apa
-
Dalam
penelitian menggunakan metode induksi
kritisisme
-
Aliran
ini diperkenalkan oleh I mmanuel Kant (1724-1804)
-
Aliran
ini merupakan sintesis antara rasionalisme dan empirisme
-
Menurut
I mmanuel Kant, rasio dan Empiri adalah sama-sama sumber pengetahuan, yaitu
kesan-kesan empiri dikonstruksikan oleh rasio melalui kategori-kategori
sehingga menjadi pengetahuan
0 komentar:
Posting Komentar