A. PLATO ( 427 – 347 SM)
Plato dilahirkan di
Athena dari keluarga terkemuka, dari kalangan politisi. Pada mulanya ia ingin
bekerja sebagai seorang politikus, namun pada akhirnya ambisinya untuk menjadi
seorang politikus dibatalkan, kemudian ia beralih ke filsafat sebagai jalan
untuk memperbaiki kehidupan bangsanya, ajaran socrates sangat berpengaruh pada
dirinya.
Ketika gurunya dihukum mati oleh pengadilan
negara pada Tahun 399
SM, membuat Plato benci kepada pemerintahan demokratis. Kematian gurunya
membuat Plato enggan bergelut di dunia politik, padahal sebagai keturunan
aristokrat bukanlah hal yang sulit untuk bergelut di dunia politik. Plato lebih
memilih jalan hidup layaknya sang guru, yakni menjadi Filosof. Bagi Plato, Socrates adalah “orang
terbijaksana, terjujur, terbaik dari semua manusia yang saya pernah kenal”. Tuturnya Maka tak heran jika
pemikiran Plato banyak yang terpengaruh oleh Socrates.
Masa
muda Plato terjadi ketika Athena mengalami masa kemunduran, dan
meninggalnya Socrates, akhirnya membut Plato memutuskan untuk berkelana
meninggalkan Athena. Dia berkelana ke Sicilia dan Italia, bahkan kabarnya dia berkelana
hingga Afirka, Mesir dan beberapa negara di Timur Tengah. Kabarnya Plato
berkelana selama 10-12 tahun, dan setelah itu kembali lagi ke Athena. Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke
Athena, mendirikan perguruan di sana, dan Akademinya di beri nama Academica itu, tidak sekedar untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, melainkan lebih dari itu, diharapkan menjadi pabrik pembentukan
dan penempa orang-orang yang dapat membawa perubahan bagi Yunani.
Lembaga pendidikannya diharapkan dapat membentuk manusia
yang berpengetahuan yang dilakukan atas nama negara dalam rangka mencapai
kebajikan.
Ada dua macam pengetahuan yang dikemukakan
oleh Plato. Pengetahuan yang pertama adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman atau indera (pengetahuan pengalaman) dan yang kedua adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui akal (pengetahuan akal). Plato membandingkan
kedua pengetahuan tersebut dan mempertimbangkan mana yang benar dari antara
keduanya.
Menurut
Achmadi (1995), sebagai penyelesaian dari persoalan tersebut, Plato menerangkan
bahwa manusia sesunggguhnya berada pada dua dunia, yaitu dunia ide
(idea / form)
yang bersifat tetap, hanya satu macam dan tidak berubah, dan dunia fisik atau dunia pengalaman yang
bersifat tidak tetap. Sebagai contoh terdapat banyak segitiga yang bentuknya
berlainan menurut pengetahuan indera/pengalaman. Tetapi dalam ide atau pikiran,
bentuk segitiga tersebut hanya satu dan tetap, ini menurut pengetahuan akal.
Tujuan
pengetahuan menurut Plato dapat kita lihat dari mitos Plato yang sudah masyhur
sekali tentang penunggu-penunggu gua yang termuat dalam dialog Politisnya. Manusia dapat dibandingkan dengan
orang-orang tahanan yang sejak lahir terbelenggu dalam gua; mukanya tidak dapat
bergerak dan selalu terarah kepada dinding gua. Dibelakang mereka ada api
bernyala. Beberapa orang budak belian mondar-mandir di depan api itu, sambil
memikul bermacam-macam benda. Hal itu mengakibatkan rupa-rupa bayangan yang dipantulkan
pada dinding gua. Karenanya orang tahanan itu menyangka bahwa bayang-bayang itu
merupakan realitas yang sebenarnya. Namun sesudah beberapa waktu, satu orang tahanan dilepaskan. Ia melihat
sebelah belakang gua,
ternyata hanya yang
ada api.
Ia sudah memperkirakan bahwa bayang-bayang tidak merupakan realitas yang sebenarnya. Lalu ia
dihantar keluar gua dan melihat matahari yang meyilaukan matanya. Mula-mula ia
berpikir,
ia sudah meninggalkan realitas. Tetapi berangsur-angsur ia menginsafi bahwa
itulah realitas yang sebenarnya dan bahwa dahulu ia belum pernah memandangnya.
Pada akhirnya ia kembali ke dalam gua dan bercerita kepada teman-temannya bahwa
apa yang mereka lihat bukannya realitas sebenarnya melainkan hanya
bayang-bayang saja.
Mitos
ini mesti dimengerti sebagai berikut; Gua tadi ialah dunia yang disajikan
kepada panca indera kita. Kebanyakan orang dapat dibandingkan dengan orang
tahanan yang terbelenggu: mereka menerima pengalaman spontan begitu saja. Tetapi ada beberapa orang yang mulai
memperkirakan bahwa realitas indrawi tidak lain daripada bayang-bayang saja:
merekalah filsuf. Mula-mula mereka merasa heran sekali, tetapi berangsur-angsur
mereka menemukan Ide “yang Baik” (matahari) sebagai realitas tertinggi. Untuk
mencapai kebenaran, yang perlu ialah suatu pendidikan; harus diadakan suatu
usaha khusus untuk melepaskan diri dari panca indera yang menyesatkan. Tetapi,
sebagaimana terjadi dalam mitos, filsuf pun tidak akan dipercayai orang.
Mitos
tersebut sebenarnya berbicara mengenai perbedaan mendasar antara 2 hal yang
dikemukakan plato, yaitu:
a. apa yang dapat diindera dengan apa yang hanya
dapat ditangkap oleh logika, dan
b.
dunia
indera atau dunia fisik (materi)
dengan dunia Ide (Idea).
Ide
“yang Baik” menurut Plato tidak sama dengan kebenaran maupun pengetahuan, kebenaran lebih dari cahaya dan
penglihatan, yang identik dengan matahari. Ini yang dimaksud Plato konsep trinitas
yang terkenal yaitu: yang Benar, yang baik dan yang Indah. ‘Yang Baik’
dibutuhkan untuk kebenaran, yaitu yang memberikan obyek kebenarannya. ‘Yang
Baik’ juga memberikan daya penglihatan kepada kepandaian, dan pengetahuan akan
kebenaran mengisi kita dengan keindahan.
Jadi
hal penting yang disampaikan Plato dari cerita ini adalah seseorang dikatakan
memperoleh pengetahuan jika ia menemukan ide “Yang Baik”.
Ajaran-ajaran
Plato tentang Idea
Ajaran
tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar seluruh filsafat Plato. Idea yang
dimaksudkan Plato disini bukanlah suatu gagasan yang terdapat dalam pemikiran saja yang bersifat
subyektif belaka. Bagi Plato Idea merupakan sesuatu yang obyektif, ada
idea-idea, terlepas dari subyek yang berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh
pemikiran kita, tidak tergantung pada pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah
yang tergantung pada idea-idea. Justru karena adanya idea-idea yang berdiri
sendiri, pemikiran kita dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh
perhatian kepada idea-idea.
Ethika
Plato
Etika Plato bersifat intelektual dan
rasional. Dasar ajarannya adalah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang
yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah
pengetahuan dengan pengertian.
Tujuan
hidup ialah mencapai kesenangan
hidup. Yang dimaksud dengan kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu
didunia ini. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan.
Etika Plato bersendi pada ajarannya
tentang idea. Dualisme dunia dalam teori pengetahuan lalu di teruskan dalam praktik
hidup. Oleh karena kemauan seseorang bergantung pada pendapatnya, nilai
kemauannya itu ditentukan oleh pendapatnya. Dari pengetahuan yang sebenarnya
yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang lebih tinggi dari pada yang
dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurut Plato ada dua macam
budi.
Pertama,
budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.
Kedua,
budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai
tidak terbit dari keyakinan,
tapi
disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-hari.
Plato
meninggal dalam keadaan menulis (menulis merupakan kegemaran Plato). Plato
menulis tak kurang dari tiga puluh enam buku, kebanyakan menyangkut masalah
politik dan etika selain metafisika dan teologi, karya-karya plato yang paling
tersohor adalah Republica (Republik), Dialogue (Dialog), Statesman (Negarawan),
dan Apologia (Pembelaan).
Untuk
mewujudkan negara ideal, hanya mungkin diwujudkan berdasar budi pekerti
penduduknya, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka perlu diadakan pendidikan
yang diatur sedemikian rupa oleh negara. Menurut Plato, anak usia 10 tahun ke
atasa menjadi urusan negara. Dasar utama pendidikan anak-anak adalah Gymnastic
(senam) dan musik, selain diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung.
Senam dianggap dapat menyehatkan badan dan pikiran, maka tak heran tidak lama
kemudian muncul pepatah latin yakni mensana incorpore sanno. Untuk umur 14-16
tahun anak diajarkan bermain musik, puisi serta mengarang untuk menanamkan jiwa
yang halus, budi yang halus dengan menjauhkan lagu-lagu yang melemahkan jiwa
serta mudah menimbulkan nafsu buruk. Usia 16-18 tahun diberikan pelajaran
matematika untuk membimbing jalan pikiran, selain diajarkan dasar-dasar agama serta
adab kesopanan, karena negara atau bangsa tidak akan kuat jika tidak percaya
terhadap Tuhan. Pada umur 20 tahun diadakan seleksi yang lebih tinggi untuk
mengikuti pendidikan mengenai adanya idea (ide) dan dialektika dan mereka
mendapat kesempatan untuk memangku jabatan yang lebih tinggi.
B. ARISTOTELES ( 384 – 322
SM.)
Aristoteles lahir di stageira pada semenanjung kalkidike
di Trasia (Balkan) Bapaknya bernama Machaon adalah seorang dokter istana pada
raja Macedonia Amyntas II. Sejak kecil mendapat asuhan dari bapaknya sendiri,
ia mendapat pelajaran teknik membedah, karena itu perhatiannya banyak tertumpu
pada ilmu alam, terutama ilmu biologi.
Setelah
bapaknya meninggal ia pergi ke Athena belajar pada Plato di Akademia. Selama 20
tahun menjadi murid Plato, pertama kali ia menyusun buku Bibliotik yang pertama
terdapat di Athena. Pada tahun
342 SM Aristoteles pulang kembali ke Macedonia, menjadi guru seorang anak raja
umur tiga belas tahun yang kemudian dalam sejarah terkenal dengan Alexander
Yang Agung. Aristoteles mendidik si Alexander muda dalam beberapa tahun. Di
tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke
Athena dan di situ dibukanya sekolahnya sendiri, Lyceum. Dia berada di Athena
dua belas tahun, satu masa yang berbarengan dengan karier penaklukan militer
Alexander. Alexander tidak minta nasehat kepada bekas gurunya, tetapi dia
berbaik hati menyediakan dana buat Aristoteles untuk melakukan
penyelidikan-penyelidikan.
Karya-karya
Aristoteles
Berbagai macam cabang ilmu pengetahuan yang
menjadi karya Aristoteles bila diperinci terdiri dari delapan cabang yang
meliputi Logika, Filsafat Alam, Psikologi, Biologi, Metafisika, Etika Politik,
Ekonomi, Retorika dan Etika.
Ajaran
– ajaran Aristoteles.
Logika
Aristoteles
terkenal sebagai bapak logika, tapi
tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang
pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang Logika.
Logika
adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar dan bermetode.
Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara ilmiah yang
membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari pengertian,
pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles
membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian ;
• Ilmu
pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
• Ilmu
pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
• Ilmu
pengetahuan teoritis yang meliputi fisika,
matematika dan filsafat.
Dalam
hal ini Aristoteles tidak memasukkan Logika sebagai cabang ilmu pengetahuan,
melainkan hanya suatu alat agar kita dapat mempraktekkan ilmu pengetahuan.
Metafisika
Dalam
uraian ini Aristoteles mengkritik ajaran gurunya tentang idea-idea. Menurut
Aristoteles ; yang sungguh ada itu bukanlah yang umum melainkan yang khusus,
satu persatu. Bukanlah manusia pada umumnya yang ada, melainkan manusia ini,
itu, Anas, dan lain-lain. Semuanya ada, jadi Aristoteles bertentangan dengan
gurunya Plato yang mengatakan “bahwa semua yang nampak hanyalah merupakan
bayangan semata”.
Menurut
Aristoteles, tidak ada idea-idea yang umum serta merupakan realita yang
sebenarnya. Dunia idea di ingkari oleh Aristoteles sebagai dunia realitas,
karena tidak dapat di buktikan. Jadi Aristoteles berpangkal pada yang kongkrit
saja, yang satu persatu dan bermacam-macam, yang berubah, itulah yang merupakan
realitas sebenarnya.
Abstraksi
Bagaimana
budi dapat mencapai pengetahuan yang umum itu, sedangkan hal-hal yang menjadi obyeknya tidak
umum.
Menurut
Aristoteles ; obyek yang diketahui itu memang kongkrit dan satu persatu, jadi
tidak umum. Yang demikian itu ditangkap oleh indera dan indera mengenalnya.
Pengetahuan indera yang macam-macam itu dapat diolah oleh manusia (budi). Dan manusia itu, mengenalnya dengan cara yang bermacam-macam dan
tidak sama. Sedangkan yang
dipandang hanya yang sama dalam permacaman itu. Akhirnya pengetahuan yang satu
dalam macamnya oleh Aristoteles dinamai idea atau pengertian.
Jadi
Aristoteles tidak mengingkari dunia pengalaman, sedangkan idea juga dihargainya
serta diterangkan bagaimana cara
mencapainya dengan berpangkal pada realitas yang bermacam-macam. Maka
selayaknya aliran Aristoteles disebut “Realisme”.
Pengetahuan Politik
Tujuan negara. Aristoteles dalam bukunya
menyatakan “bahwa manusia menurut kodratnya merupakan “Zoon Politikon”atau
mahluk sosial yang hidup dalam negara.
Tujuan
negara adalah memungkinkan warga negaranya hidup dengan baik, dalam arti sepenuhnya. Dengan kata lain
lembaga-lembaga yang ada di dalamnya, keluarga di dalam suatu negara, hubungan
antar negara tetangga semua baik.
Pengetahuan Rumah
Tangga.
Aristoteles mengkritik
pendapat Plato, bahwa para penjaga tidak boleh hidup berkeluarga, dan juga
Aristoteles tidak setuju dilarangnya mempunyai milik pribadi.
Menurut
Aristoteles, untuk hidup menurut keutamaan manusia perlu keluarga dan butuh
milik pribadi. Tetapi kekayaan tidak boleh di tambah dengan sembarang cara.
Pengetahuan Tentang
negara yang paling baik.
Negara
yang paling baik ialah negara yang diarahkan buat kepentingan umum. Susunan
negara yang paling baik menurut Aristoteles ialah “Politeia”. Politeia adalah demokrasi moderat atau
demokrasi yang mempunyai undang-undang dasar.
Pengetahuan Etika
Dalam
karya Aristoteles “ Ethika Nicomachea” mengatakan ; dalam segala perbuatannya
manusia mengejar suatu tujuan. Ia selalu mencari sesuatu yang baik baginya.
Dari sekian banyak tujuan yang ingin dicapai manusia, maka tujuan yang
tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan. Tugas Etika ialah
mengembangkan dan mempertahankan kebahagiaan itu.
Menurut
Aristoteles ; manusia hanya bisa
bahagia, jika ia menjalankan aktivitasnya dengan baik.
Dengan kata lain agar manusia berbahagia ia harus menjalankan aktivitasnya
dengan baik.
Pandangan
Aristoteles yang dapat dikatakan sebagai awal dari perintisan “ilmu
pengetahuan” adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Hal Pengenalan
Menurut
Aristoteles terdapat dua macam pengenalan, yaitu:
(1) pengenalan
inderawi;
(2) pengenalan
rasional.
Menurut
Aristoteles, pengenalan inderawi memberi pengetahuan tentang hal-hal yang kongkrit
dari suatu benda.
Sedang
pengenalan rasional dapat mencapai hakekat sesuatu, melalui jalan
abstraksi.
2. Hal Metode
Selanjutnya,
menurut Aristoteles, “ilmu pengetahuan” adalah pengetahuan tentang
prinsip-prinsip atau hukum-hukum bukan objek-objek eksternal atau fakta. Penggunaan
prinsip atau hukum berarti berargumentasi (reasoning). Menurut Aristoteles,mengembangkan
“ilmu pengetahuan” berarti mengembangkan prinsip-prinsip, mengembangkan “ilmu
pengetahuan” (teori) tidak terletak pada akumulasi data tetapi peningkatan
kualitas teori dan metode. Selanjutnya, menurut Aristoteles, metode
untuk mengembangkan “ilmu pengetahuan” ada dua, yaitu: (1) induksi intuitif
yaitu mulai dari fakta untuk menyusun hukum (pengetahuan universal); (2)
deduksi (silogisme) yaitu mulai dari pengetahuan universal menuju fakta-fakta.
Hasil murni
karya Aristoteles jumlahnya mencengangkan. Empat puluh tujuh karyanya masih
tetap bertahan. Daftar kuno mencatat tidak kurang dari seratus tujuh puluh buku
hasil ciptaannya. Bahkan bukan sekedar banyaknya jumlah judul buku saja yang
mengagumkan, melainkan luas daya jangkauan peradaban yang menjadi bahan
renungannya juga tak kurang-kurang hebatnya. Kerja ilmiahnya betul-betul
merupakan ensiklopedi ilmu untuk jamannya. Aristoteles menulis tentang
astronomi, zoologi, embryologi, geografi, geologi, fisika, anatomi, physiologi,
dan hampir tiap karyanya dikenal di masa Yunani purba. Hasil karya ilmiahnya,
merupakan sebagian kumpulan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari para asisten
yang spesial digaji untuk menghimpun data-data untuknya, sedangkan sebagian
lagi merupakan hasil dari serentetan pengamatannya sendiri. Mungkin sekali,
yang paling penting dari sekian banyak hasil karyanya adalah penyelidikannya
tentang teori logika.
Tatkala
Alexander mati tahun 323 SM golongan anti-Macedonia memegang tampuk kekuasaan
di Athena dan Aristoteles pun didakwa kurang ajar kepada dewa.Akhirnya Aristoteles dibuang dan meninggal dunia di pembuangan beberapa bulan kemudian pada tahun 322
SM pada umur enam puluh dua tahun.
0 komentar:
Posting Komentar